Siwaluh Jabu, Rumah Adat Batak Karo

kembali ke ARCHITECT-NEWS.COM archnews

Sub etnis Batak Karo berdiam di wilayah Batak sisi Utara, sebagian masuk daerah Aceh. Rumah adatnya berbentuk panggung dengan dinding miring yang menghadap ke bawah. Artinya bagian bawah denah dinding lebih sempit dari bagian atasnya. Beratap tinggi dan bersudut curam. Proporsi bagian atap dapat mencapai 7 kali dari bagian dinding. Atap ini berbentuk perisai yang di bagian atasnya berubah menjadi pelana. Gevel atap atas dibuat miring menghadap ke bawah. Secara umum struktur bangunan berbentuk rangka, bangunan dengan konstruksi kayu dirangkai melalui ikatan balok yang menembus tiang. Bagian bawah dari tiang-tiang utama penyangga menapak diatas tanah yang diperkeras dengan pondasi dari batu tertanam.

Rumah adat Batak Karo disebut dengan nama ’Siwaluh Jabu’. Permukimannya berada di wilayah pegunungan. Hawa dari lingkungan yang cukup dingin menyebabkan sedikitnya bukaan pada dinding. Umumnya satu rumah Batak karo dihuni oleh beberapa keluarga. Denah rumahnya hanya dibagi dengan sekat-sekat yang terbuka menghadap ke tengah ruang rumah. Sebuah sekat diberi nama dan ditentukan penghuninya berdasarkan adat dengan urutan keluarga. Keluarga sebagai pemimpin rumah yang paling utama berperan dalam tradisi terletak pada ruangan sisi kiri depan. Ruang ini diberi nama ’Jabu Bena kayu’. Ruang-ruang lain ditempati keluarga dengan fungsinya masing-masing, sebagai wakil pemimpin, pemecah masalah keluarga, dan lain-lain.

Setiap dua ruang dalam satu sekat terdapat satu buah perapian yang digunakan untuk memasak sekaligus menghangatkan ruang. Perapian yang berfungsi sebagai dapur ini terletak di lantai rumah panggung dengan cerukan berbentuk segiempat dalam level yang lebih rendah. Beberapa buah batu diletakkan untuk menahan panas agar tidak menyebabkan lantai rumah menjadi panas dan terbakar. Posisi batu diatur sedemikian rupa dalam makna filosofis untuk keakraban keluarga.

Anggota keluarga laki-laki yang telah dewasa sampai umur 14 tahun dan belum menikah tidak tidur di dalam rumah. Mereka tidur di bangunan lain yang berfungsi pula sebagai lumbung padi. Bangunan ini diberi nama ’Jambur’. Lumbung padi ini juga digunakan sebagai tempat untuk tamu laki-laki dan tempat untuk berpertemuan.

Ornamentasi dan dekorasi dari rumah Batak Karo dibuat dengan berbagai bentuk yang memiliki makna dan lambang tertentu. Secara umum ornamentasinya menggambarkan jati diri, kebersatuan keluarga dan permohonan keselamatan.

Berbagai makna filosofis mempengaruhi bentuk dari rumah. Pinggiran atap rumah yang sama di semua sisi bermakna bahwa keluarga yang mendiami memiliki tujuan yang sama. Dinding yang miring diikat dengan tali yang membentuk jajaran cicak dengan kepala dan ekor yang saling berhadapan, hal ini berarti bahwa penghuni rumah saling menghormati. Gevel atas atap diberi hiasan yang memilki lambang tertentu menggambarkan sifat pemilik rumah.

kembali ke ARCHITECT-NEWS.COM archnews


About this entry